Diatas KM Bukit Singutang.
Di antara kerumunan itu, ada seorang gadis yang menarik perhatianku. Dia adalah Maria, seorang gadis Moni asli dengan senyum yang begitu menawan. Rambutnya yang hitam legam tergerai lembut, menambah pesona eksotis dari suku Moni yang ia warisi. Sikapnya yang ramah membuat semua orang di sekitarnya merasa nyaman.
Aku berdiri di dekatnya, menatapnya dengan hati yang berdebar. Liburan Juni ini, aku memutuskan untuk berlayar menuju pulau-pulau kecil di sekitar Papua, dan tak pernah kusangka akan bertemu dengan seseorang seperti Maria di atas KM Bukit Singutang.
Kami berdua berdiri di dek kapal, menatap ke arah matahari terbenam yang indah. Maria, dengan mata cokelatnya yang besar, menatap ke arah Cakrawala dengan penuh harap. Tatapan itu membuat hatiku bergetar, ingin sekali memilikinya, namun aku tahu bahwa cintah ini mungkin tak akan pernah terwujud.
"Apa kamu sering berlayar?" tanya Maria dengan senyum manisnya, memecah keheningan di antara kami.
"Ini pertama kalinya. Kamu sendiri?" jawabku sambil mencoba untuk tetap tenang.
"Sudah sering. Ayahku seorang pelaut, jadi aku terbiasa dengan laut," katanya sambil tersenyum. Senyumnya membuat jantungku berdetak lebih kencang.
Seiring perjalanan, kami semakin dekat. Kami bercerita tentang kehidupan masing-masing, tentang mimpi dan harapan. Maria bercerita tentang kampung halamannya di pegunungan Papua, tentang keindahan alam dan budaya suku Moni yang begitu ia cintai.
Namun, semakin dekat kami, semakin aku menyadari bahwa cintah ini mungkin tak akan pernah terwujud. Maria adalah gadis yang kuat dan mandiri, dengan impian yang besar untuk masa depannya. Sementara aku hanyalah seorang pelancong yang tak pasti arah hidupnya.
Ketika KM Bukit Singutang akhirnya merapat kembali di Pelabuhan Serui, hati ini terasa berat. Liburan Juni yang seharusnya menjadi pelarian dari rutinitas, malah menjadi kenangan manis yang menyakitkan. Tatapan terakhir Maria sebelum kami berpisah meninggalkan kesan yang dalam di hatiku.
"Terima kasih untuk waktu yang indah ini, Maria. Semoga kita bisa bertemu lagi," kataku dengan suara bergetar.
Maria hanya tersenyum, tatapan matanya yang hangat membuatku merasa ada harapan, meski aku tahu itu hanya angan.
Setelah perpisahan itu, aku terus mengingat Maria. Senyumnya, tawa riangnya, dan tatapan mata yang membuatku jatuh cintah pada pandangan pertama. Cintah ini mungkin tak memiliki akhir yang bahagia, namun kenangan tentang Maria akan selalu ada dalam hatiku.
Maria, gadis Moni yang ramah dan penuh pesona, telah mengajarkan aku tentang cinta yang sejati, cinta yang tidak selalu harus memiliki, tetapi cukup dengan menghargai dan mengingat kenangan indah yang pernah ada.
💙💚💛
penulis : Pena Gemoput mk
30/08/2024 https://www.youtube.com/@wartakabarcom
Posting Komentar