Di sebuah sudut kota Nabire yang dikelilingi bukit dan lautan, hiduplah seorang pemuda bernama Sebastianus Petege. Meski hidupnya tak lepas dari keterbatasan, ia selalu percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib.
Sepeda Tua, Teman Setia.
Sejak duduk di bangku SMA, Sebastianus mengandalkan Sepeda itu, meski sudah tua, menjadi sahabat yang setia. Setiap pagi, ia mengayuh sepeda sejauh 10 kilometer melewati jalanan berbatu menuju sekolah. Dengan sepeda itu.
Saat memasuki perguruan tinggi di USWIM Nabire, perjuangan Sebastianus semakin berat. Jalan yang dilalui makin jauh, beban semakin besar. Namun, ia tetap berangkat setiap pagi dengan sepeda tua yang mulai sering rewel. "Sebentar lagi aku akan lulus, kita pasti bisa," ucapnya suatu hari kepada sepeda itu.
Namun, sebuah peristiwa membuatnya terpukul. Suatu pagi, ketika hendak pergi ke kampus, sepeda tua itu tiba-tiba rusak. Rantai putus, pedal lepas, dan bannya pecah. Sebastianus berlutut di tepi jalan, memandangi sepeda yang telah menemaninya bertahun-tahun. Air mata mengalir di pipinya. "Kau bukan sekadar sepeda. Kau adalah teman yang selalu ada untukku," gumamnya.
Meski sedih, ia tidak menyerah. Dengan tekad yang kuat, Sebastianus mulai berjalan kaki ke kampus setiap pagi. Jarak yang jauh tidak menyurutkan semangatnya. Ia tahu bahwa gelar sarjana bukanlah impian yang mudah, tetapi ia percaya setiap langkah adalah bagian dari perjuangan.
Tanggal 18 November 2024 menjadi hari yang tidak terlupakan. Di bawah langit Nabire yang cerah, Sebastianus berdiri dengan bangga di aula wisuda. Namanya dipanggil: Sebastianus Petege, S.Pd. Gelar Sarjana Pendidikan kini melekat di belakang namanya.
Di tengah kebahagiaannya, Sebastianus tidak lupa memikirkan sepeda tua yang telah berjasa dalam perjalanannya. Ia berjanji akan memperbaikinya dan menyimpannya sebagai kenangan perjuangan.
Kisah Sebastianus Petege adalah bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih impian. Sepeda tua yang sederhana menjadi simbol ketekunan dan kerja keras. Dari Nabire, ia mengirimkan pesan kepada dunia bahwa semangat pantang menyerah adalah kunci untuk mengubah nasib.
Hari itu, Nabire tidak hanya merayakan seorang sarjana, tetapi juga sebuah perjalanan hidup yang penuh inspirasi. Sebastianus membuktikan bahwa dengan usaha dan doa, segala sesuatu mungkin tercapai.
Posting Komentar