Lukisan indah di Ufuk Timur
"Seperti lukisan dari tangan Tuhan," gumamnya.
Ana baru dua bulan tinggal di desa kecil di kaki Pegunungan Cyclops, Papua. Ia adalah seorang pelukis dari Jakarta yang memilih menetap di sini untuk mencari inspirasi. Ibunya berasal dari Papua, dan darah itu kini membawanya pulang, meski sejak kecil ia tumbuh jauh dari tanah ini.
Setiap pagi, Ana duduk di beranda, menghadap ke ufuk timur. Di sanalah matahari muncul, dan di sanalah pula ia mencoba menangkap keindahan dalam kanvasnya. Tapi belum satu pun lukisan berhasil ia selesaikan. Rasanya, setiap kali ia mencoba, keindahan itu terlalu agung untuk ditangkap dengan kuas dan warna.
Suatu pagi, seorang anak laki-laki berdiri di pinggir danau, memperhatikan Ana melukis. Anak itu bernama Yopi, berusia sembilan tahun. Ia tidak banyak bicara, tapi matanya penuh rasa ingin tahu.
"Kau suka lukisan?" tanya Ana.
Yopi mengangguk. Ia menunjuk ke arah gunung, lalu berkata, "Bapa bilang, matahari di timur bawa harapan. Makanya kami selalu bangun pagi."
Ana tersenyum. Kata-kata Yopi terngiang di kepalanya sepanjang hari.
Malamnya, ia duduk menatap kanvas kosong. Kali ini ia tak memulai dengan sketsa. Ia mulai dari warna: jingga, merah muda, dan emas. Ia tidak melukis matahari secara langsung, tapi cahaya yang membias di wajah-wajah anak-anak, di daun-daun sagu, dan di air danau yang berkilau.
Hari demi hari, lukisan itu tumbuh. Bukan hanya tentang pemandangan, tapi tentang rasa: kehangatan, kebersamaan, dan harapan.
Sebulan kemudian, ia menyelesaikan lukisan itu. Judulnya: "Lukisan di Ufuk Timur". Ia memamerkannya di balai desa. Orang-orang datang, termasuk Yopi dan ayahnya. Saat melihat lukisan itu, beberapa warga menangis. Mereka merasa seperti sedang memandang kembali rumah mereka bukan hanya dengan mata, tapi dengan hati.
Yopi mendekat dan berbisik, "Kau sudah menangkap matahari itu, Kak."
Ana tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia merasa bukan hanya menjadi pelukis. Ia menjadi bagian dari lukisan itu sendiri.
By .....mika.......
05/05/2025
Uwitoo ogai
BalasHapusEihee ogaiii
BalasHapusPosting Komentar