Di tepi Danau Paniai, di sebuah desa kecil yang dikelilingi pepohonan hijau, hiduplah seorang ibu bersama anak-anaknya. Sang ibu, Mama Yake, adalah seorang perempuan tangguh yang setiap pagi pergi ke danau untuk menangkap ikan. Dengan hasil tangkapannya, ia memberi makan keluarga dan menjual sisanya di pasar.
Di antara anak-anaknya, ada si bungsu yang bernama Domi. Domi adalah anak yang ceria, penuh rasa ingin tahu, dan selalu ingin ikut bersama ibunya ke danau. Namun, perjalanan ke danau bukanlah sesuatu yang mudah bagi anak kecil seperti Domi. Airnya dalam, ombaknya kadang tak terduga, dan memancing ikan butuh kesabaran serta keahlian yang belum ia miliki.
Setiap pagi, saat Mama Yake bersiap-siap pergi, Domi selalu berlari mendekat dan memeluk kakinya.
"Mama, saya ikut!" katanya dengan mata berbinar.
Mama Yake mengelus kepala anaknya, tersenyum lembut, lalu berjongkok agar sejajar dengannya.
"Domi, mama harus cepat ke danau. Kalau Domi ikut, nanti mama tidak bisa bekerja dengan baik. Domi tinggal di rumah ya?"
Namun, Domi tetap bersikeras. Ia memeluk erat tangan ibunya, tak mau melepaskan.
Mama Yake berpikir sejenak. Ia harus menemukan cara agar anaknya mau tinggal di rumah tanpa menangis atau merasa sedih. Maka, setiap pagi, sebelum berangkat, Mama Yake mulai memberikan sesuatu kepada Domi untuk menghiburnya.
Suatu pagi, Mama Yake memberinya sebuah boneka kayu kecil yang ia buat sendiri dari dahan pohon di belakang rumah.
"Domi, ini teman barumu. Namanya Geiyo. Jaga dia baik-baik sampai mama pulang, ya."
Domi menerima boneka itu dengan gembira, memainkannya sambil duduk di teras. Sementara itu, Mama Yake pergi ke danau dengan tenang.
Hari berikutnya, Domi kembali ingin ikut. Kali ini, Mama Yake memberikan seutas kalung dari biji-bijian hutan.
"Ini kalung keberuntungan, Domi. Kalau kamu pakai dan menunggu mama dengan sabar, ikan yang mama tangkap akan lebih banyak."
Domi pun tertarik, dan ia menanti kepulangan ibunya dengan penuh harapan.
Setiap hari, Mama Yake selalu membawa sesuatu yang berbeda—kadang sepotong ukiran kayu, kadang biji-bijian warna-warni, atau bahkan kisah dongeng yang akan ia ceritakan sepulang dari danau.
Lama-kelamaan, Domi tak lagi menangis saat ibunya pergi. Ia tahu bahwa menanti ibunya di rumah juga adalah tugas penting. Dan setiap kali Mama Yake pulang dengan ember penuh ikan, Domi akan berlari menyambutnya dengan tawa riang.
Begitulah, dengan kasih sayang dan kebijaksanaan, Mama Yake mengajarkan anaknya untuk bersabar dan memahami bahwa setiap orang dalam keluarga memiliki peran masing-masing.
Dan di tepi Danau Paniai, di bawah langit yang biru, mereka terus menjalani kehidupan saling mencintai, saling menjaga, dan selalu bersyukur atas berkah yang diberikan alam.
..............jl.Padang 16/03/2025
Posting Komentar