Dikalah senjah sore
mulai terpanjar di Bukit Buper, disanalah
ku duduk merenung.
Dengan indahnaya alam
dan
danau yang begitu tenang, disana terdapat tiupan angin sejuk yang mendamaikan jiwa. hingga
mentari terbenam, senjah sore menjadi bagaian dari desa itu.
bukit buper desa kecil
yang sulit untuk ditelusuri, menjadi tempat terbaik untuk menyongkron, tiap
sore para pengunjung ramai ke tempat itu demi menikmati keidahan alamnya, banyak orang menarik
perhatian besar.
Kali Ini Niko seorang
diri duduk merenug sambil menikmati
tiupan anggin danau sentani.
ia merasa tak sama seperti kemarin dedaunan pun melambai
demi mengagumi sang pencipta.
Kata Niko dalam hatinya, betapa indanya karya Tuhan diatas tana tabi ini
sungguh mengagumkan.
Seiring berjalanya waktu
Dari mana datang, kamana arah nya Niko terdengar suara tanggis seorang putri,
Niko memandang
kesebalah kiri dan kanan tak ada orang yang berkunjung datang.
Beberapa menit berlu
dalam tanggisanya Niko terdengar suara Putri itu dengan penuh kepedihan “ cukuplah, sudah cukup
kau telah menghianati aku, kau telah merusak diamana aku bernafas, kau telah
menjual diaman aku berlindung.
Niko gementar dengan
suara tanggis itu, ia terdiam duduk menenagkan hati dalam keheningan dan mulai mengintropeksi kesalahan apa yang
perna saya buat.
Dalam keheninga nya
intusi mengatakan megapa engkau cari, apakah engkau belum liahat apa yang
terjadi di sekitar mu
Akhirnya Niko pun
menemukan jawaban.
Kutipan diatas
mengajarkan kita bahwa, kita sebagai manusia perlu untuk merawat ekosistem alam,
bukan untuk menjual demi kempentingan sendiri, maka perlu berpikir logis dan
sistematis bagaiman caranya kita mengatasi berbagai kerusakan alam yakni
perusahan-perusahan illegal di sekitar
kita.
PENA "GEMOPUT"
Posting Komentar